Senin, 22 Oktober 2007

"Dalam Lorong”

Senja tiba

Mulailah kacau balau

Mengacaukan hubungan kita

Langit mulai petang

Mulailah aku bertingkah

Jiwamu sangat buruk dalam hatimu

Lagakmu jadi muak atas pikiranku

Jadi benci sangat denganmu

Hatiku tak pernah benar

Kepada cinta yang tulus

Maaf…..

Pagi belum datang

Maka aku tak mungkin bohongi diriku

Kalau aku lagi tergoda

Oleh keindahan dirinya


Di baca ya puisiku

Dunia Tanpa Titik

Wahai sang nasib yang bernama takdir

Disini hanya ada koma tanpa titik

Disini hanya ada kebebasan tanpa ada kesimpulan

Disini hanya ada buntalan masalah-masalah melingkar,tanpa ada solusi

Disini hanya ada pilihan-pilihan,tanpa keputusan yang putus

Wahai snag nasib bernama takdir

Tidak aku mengeluh dan menatap,apalagi menuduh dan menyesali

Sekali lagi tidak

Wahai sang nasib yang bernama takdir

Bukankah setiap tarikan nafas dihabiskan dari satu masalah ke masalah lainnya

Tidaklah detik-detik permata berharga lenyap di buncah renetetan pilhan-pilihan dalam

Dekapan sang nasib yang bernama takdir?

Wahai sang nasib bernama takdir

Memang hidup adalah pilihan

Terkadang menu pilihan simaklah terhidang begitu saja di depan mata

Tatkala simaklah t’lah melewati tenggorokan pilihan

Lahirlah simalakama baru di pangkuan

Dan entah berapa banyak lagi simakalama-simakalama yang telah dan akan di sajikan

Ah! Boleh jadi sang nasib sendiri sedang mengusap dan membelai simalakama

Di pangkuan takdirnaya

Wahai sang nasib yang bernama takdir

Pilihan demi pilihan t’lah kau suguhkan dalam cawan nasib sang takdir

Maka….limpakanlah hikmat kebijaksanaan Sulaiman,tuk ku tentukan pilihan

Wahai sang nasib yang bernama takdir

Apa dan bagaimanapun pilihan yang kau sajikan

Aku terima……

Aku terima dengan ikhlas dan kebesaran jiwa

Wahai sang nasib yang bernama takdir

Disini dunia pembahasan,tanpa simpulan

Dunia koma,tanpa titik